Friday, December 21, 2012

Hanya aku, kamu dan cangkir teh kita

Biar ku mulai dengan ini.

Rindu itu bagai remah-remah biskuit, kecil, banyak dan sulit hilang.

Sedangkan rinduku padamu bagai cangkir teh kita, isinya tidak berkurang sedikitpun.

Ku telusuri hatiku, mencoba menjelajahi lika-likunya. Kusadari satu hal, wajah cantik dan senyum manis mu tersimpan disana.

Akan kah malam mempertemukan kita, atau siang mempersatukan kita. Aku tidak tahu tapi yang ku tahu, siang dan malam hanya ada 'kita'.



----------------


Kulihat cangkir tehmu masih penuh, begitu juga aku. Ternyata sedari tadi kita hanya saling memandang, tanpa melakukan apapun.

Dari balik jendela cafe ini kulihat perlahan hujan turun dan kau menatap ke jendela. Bukan hujan yang kau lihat tetapi pantulan wajahku disana. Begitu juga aku yang memandang bias wajahmu disana.

Detik demi detik berlalu, sejenak tatapan ku beralih pada cangkir tehmu yang perlahan dingin namun masih tak berkurang isinya.

 Hati ku berbisik, menjerit seakan akan ingin menumpahkan segala isi pikiranku di hadapanmu. Tapi di pikiranku saat ini hanya ada kamu.

Kalimat demi kalimat kita berdua ucapkan, hanya untuk mengusir rasa bosan, tapi bukan rasa rindu. Karena rindu tidak bisa diusir, ia datang dan pergi begitu saja.

Sejenak kulihat lagi hujan turun, deras bagai cinta yang tak terbalas, hanya menyisakan genangan-genangan kenangan yang tertinggal setelahnya.

Lalu kutatap lagi wajahmu, dan cangkir tehmu.

Kita sudah membuat dua cangkir teh menanti.

Ahh.... Kau harus menunggu sedikit lebih lama lagi, cangkir teh.

Cinta itu bagai teh saat diseduh, ketika teh (aku) bertemu air (kamu) maka kita akan menyatu menjadi rasa yang baru.

Sedangkan hati ku bagai tishue di sebelah kita, rapuh.

Tapi bersamamu kita bagai sendok dan garpu dihadapan kita, tak akan terpisahkan.

Jadi, di sini, hanya ada aku, kamu, dan cangkir teh kita :)

(pict source: www.google.com)

0 comments:

Post a Comment

newer post older post Home